Globalisasi: Persatuan atau Perceraian?


Globalisasi: berasal dari kata global - yang berarti universal - yang berasal dari kata globe, bola dunia, ditambah akhiran -isasi yang berarti proses. Globalisasi sendiri adalah suatu proses yang melibatkan orang, kelompok, bahkan negara di seluruh dunia yang tidak mengenal batas tempat, waktu, ataupun ruang. Globalisasi biasanya dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti internet dan televisi, namun sebenarnya hal-hal mendunia yang lebih sederhana seperti koran dan surat juga termasuk globalisasi. Hanya saja sekarang ini koran dan surat sudah tidak se-up-to-date media-media elektronik seperti internet. Namun pada zamannya sendiri, koran dan surat merupakan sumber berita yang paling dapat diandalkan.

Tapi bukan itu inti bahasan kita pada kali ini.

Di sekolah, tentu banyak dari kita yang telah mempelajari dampak-dampak globalisasi. Kita diajari bahwa walaupun globalisasi membawa banyak hal-hal baik seperti pengetahuan dan kemudahan berkomunikasi, globalisasi juga membawa dampak buruk seperti masuknya pengaruh yang tidak sesuai dari budaya lain. Dampak-dampak yang dibawa oleh globalisasi ini tentu berkaitan dengan hubungan antarmanusia. Misalnya, dengan adanya telepon, kita dapat menjalin hubungan kembali dengan, misalnya, saudara kita yang merantau ke Amerika. Ini menyebabkan hubungan kita dengan saudara kita tersebut yang telah renggang karena dipisahkan oleh jarak menjadi rekat kembali. Akan tetapi, bila kita bertelepon dengan saudara kita yang ada di Amerika tersebut terlalu sering dan dalam waktu yang lama, ini akan menyebabkan tagihan telepon kita mahal, sehingga, misalnya, kita dimarahi orangtua. Peristiwa kita dimarahi orangtua ini tentu berarti hubungan kita dan orangtua menjadi renggang. Karena bertelepon terlalu lama bisa saja kita tidak hanya dimarahi, tetapi juga dihukum tidak boleh bermain dengan teman-teman di luar, misalnya. Dari peristiwa semacam ini kita dapat mengetahui bahwa, walaupun globalisasi dapat memperpendek jarak antar dua tempat, ia juga bisa merenggangkan hubungan kita dengan orang-orang di sekitar.

Misalnya lagi, seorang pengguna Facebook menemukan teman masa kecilnya yang sekarang tinggal di luar kota. Karena di kantor si pengguna Facebook ini terdapat internet, ia terlalu bersemangat menjalin hubungan kembali dengan teman masa kecilnya tersebut sehingga ia dipecat dari pekerjaannya. Hal ini sudah lazim terjadi akhir-akhir ini. Hanya karena sebuah aplikasi yang seharusnya menguntungkan, ia kehilangan pekerjaannya. Dua peristiwa yang telah disebutkan ini memiliki dua kesamaan: globalisasi membawa pengaruh buruk, tidak hanya terhadap budaya dan kebiasaan lokal, tetapi juga pada pola hidup seseorang - ia dapat membuat orang kecanduan. Saya sendiri dengan jujur mengakui bahwa saya mungkin termasuk orang-orang yang ketagihan main internet, tetapi saya berusaha menguranginya.

Bukan berarti globalisasi membawa lebih banyak pengaruh buruk. Satu contoh pengaruh globalisasi yang baik adanya adalah... ini. Saya tidak pernah bertemu Miss Cheese, Miss Tiramisu ataupun Miss Strawberry secara langsung dalam kehidupan nyata, tetapi kami dapat membuat blog ini dan menyajikan pikiran-pikiran kami sebagai remaja-remaja senegara yang dipisahkan oleh batasan geografis. Sekarang ini, hal semacam ini pun juga sudah bukan hal yang tidak lazim. Seseorang dapat berteman dengan ribuan orang dari berbagai belahan negara hanya dari dunia maya. Dulu tak percaya rasanya jika membaca tentang dua orang yang berkenalan dari dunia maya lalu berpacaran di kehidupan yang sebenarnya, namun sekarang saya mengenal sendiri orang yang begitu.

Bukan hanya jarak yang diperpendek oleh globalisasi; begitu pula waktu alias jarak usia. Di dunia maya tak terasa bedanya bila kita bicara dengan sesama pengguna internet berusia 12, 26 ataupun 42 tahun. Semuanya sama seperti perbedaan umur tidak lagi penting. Tidak ada saling memanggil "kakak" atau "paman" bila berhadapan dengan orang yang lebih tua (biasanya, sih, kecuali tentu saja, kalau membuat keluarga-maya (e-family). Dalam keluarga maya ini pun belum tentu si ayah lebih tua daripada anaknya, dan bisa saja 'nenek' seseorang juga merupakan kakak iparnya sekaligus). Di kebudayaan timur ini tidak begitu lazim, tetapi di kebudayaan barat ini adalah satu hal yang cukup lumrah. Ini bisa jadi salah satu contoh westernisasi yang dibawa oleh globalisasi.

Seorang remaja 16 tahun dari Malaysia mengatakan bahwa ia merasa di dunia maya ia dapat menjadi dirinya sendiri dan lebih bebas mengekspresikan perasaan-perasaannya. Di kehidupan nyata, katanya, ia sangat sulit mendapat teman karena semuanya berprasangka dan suka mendiskriminasi orang lain, serta suka menghakimi orang lain sebelum melihat dirinya sendiri (istilah gaulnya, 'ngaca'). Ia merasa ia memperoleh lebih banyak teman di dunia maya daripada di kehidupan nyatanya. Dunia maya menjadi semacam pelarian untuknya.

Jadi, secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa globalisasi dapat mempererat dan merenggangkan hubungan secara bersamaan, apalagi jika digunakan secara berlebihan. Marilah kita memanfaatkan hasil-hasil globalisasi dengan sebaiknya sehingga tidak menghalangi ataupun merusak kehidup kita! Salam hangat dari Miss Choco.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment